BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Anak merupakan salah satu pilar utama dalam sebuah
keluarga dan masyarakat. Mereka adalah generasi penerus yang akan melanjutkan
keberadaan manusia. Seorang anak tidak akan menjadi manusia yang baik dan
diharapkan di masa mendatang, tanpa ditopang oleh nilai-nilai pendidikan yang
mulia. Krisis moral (akhlak) pada anak yang menimpa negeri ini telah
menyadarkan kita untuk berlomba-lomba dalam memperbaikinya, dan itu harus dimulai
dari perbaikan pada konsep pendidikan yang akan diterapkan kepada anak. Seorang
anak kecil (anak usia dini-pen.) yang belum memahami apa-apa tentu harus selalu
dibimbing mengelola emosi hingga mampu memahami mana yang seharusnya dilakukan
dan yang tidak seharusnya dilakukan.
Keberhasilan belajar anak sangat dipengaruhi oleh
kreativitas pendidik membuat variasi dan keragaman dalam metode belajar. Metode
belajar yang monoton akan membuat anak bosan. Metode belajar yang tidak tepat
dengan materi juga akan membuat penerimaan informasi dan pengetahuan kepada
peserta didik menjadi terhambat. Oleh karena itu, pendidik harus menyesuaikan
pemilihan metode belajar dengan materi yang akan disampaikan, perkembangan
psikologi anak (karakter anak), fasilitas dan waktu.
Mendongeng bisa menjadi metode pembelajaran yang
menyenangkan bagi anak usia dini. Sebab dunia dongeng merupakan dunia yang menakjubkan
bagi anak. Lewat
dongeng sebuah komunikasi dan kedekatan emosional dapat tercapai. Transfer
ilmu, nilai dan keteladanan yang terkandung dalam sebuah dongeng dapat lebih
mudah dimengerti oleh anak-anak. Dengan kata lain, mendongeng bisa menjadi
sarana yang baik untuk menyampaikan materi kependidikan kepada anak-anak
terutama anak usia dini. Dengan dongeng anak bisa mengasah daya pikir dan
imajinasinya, dengan dongeng juga dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan
minat baca anak. Kegiatan belajar mengajar di sekolah pun terasa menyenangkan.
Namun sayang, tak sedikit dari pendidik anak
usia dini yang tidak bisa mengaplikasikan dongeng sebagai pembelajaran yang
efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar para pendidik biasanya banyak yang
terpaku pada buku-buku panduan. Padahal, tak jarang kita jumpai bahwa isi dari
buku tersebut kurang sesuai dengan sisi nalar pertumbuhan dan perkembangan anak
usia dini, yang mana pada masa ini merupakan masa keemasan (golden age). Jika ini terus terjadi, maka anak akan merasa terbebani dan
akhirnya mengalami kebosanan dalam belajar.
Dalam mentransfer ilmu kepada anak didik
melalui mendongeng, seorang pendidik seharusnya dapat melaksanakan tugasnya
secara professional, menggunakan wawasan yang mantap dan utuh tentang
mendongeng, memiliki gambaran yang meyeluruh mengenai bagaimana proses
mendongeng itu akan berhasil, serta langkah-langkah apa yang diperlukan guna
memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Jika para pendidik hanya terpaku pada
buku-buku panduan pembelajaran yang kurang bermutu, jelas akan berdampak pada
kurangnya daya kreativitas pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Para
pendidik tidak dapat menemukan inovasi-inovasi dalam menyampaikan pembelajaran
yang diberikan pada anak didik mereka. Dengan kata lain, SDM pendidik cenderung
stagnan dan tak bisa berkembang menjadi lebih berkualitas dan memiliki daya
kreativitas.
B.
Masalah dan Tujuan
Berdasar latar belakang yang telah
dikemukakan di atas, maka perlu adanya upaya peningkatan kreativitas pendidik anak
usia dini melalui strategi mendongeng. Hal itu bertujuan agar seorang pendidik mampu
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih kreatif dalam mentransfer
ilmu dan pesan moral melalui kegiatan menyenangkan yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual),
sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini
C.
Strategi Pemecahan Masalah
1.
Alasan strategi pemecahan masalah
Kreativitas
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa
gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun
kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada yang relatif berbeda dengan yang telah
ada.
Peningkatan
kreativitas pendidik anak usia dini saat ini memang merupakan sebuah kebutuhan
yang harus dipenuhi oleh para pelaku pendidikan. Salah satu upaya peningkatan
kreativitas pendidik anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jalan
yang bisa ditempuh adalah dengan cara belajar secara otodidak, adanya supervisi
pendidikan, peningkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pelatihan dan
seminar, serta mengikuti program-program yang diselenggarakan oleh Kelompok
Kerja Guru (KKG) dan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini
(HIMPAUDI).
Selain
itu, peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini juga bisa dilakukan melalui
sebuah strategi belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan. Salah satu
pembelajaran yang efektik dan menyenangkan untuk anak usia dini adalah
mendongeng. Agar mendongeng bisa lebih efektif tersampaikan oleh anak usia dini
maka perlu adanya strategi mendongeng yang baik bagi pendidik. Strategi mendongeng
bagi pendidik merupakan kebutuhan yang tidak bisa di tawar lagi pada zaman
sekarang ini.
Dengan
adanya strategi mendongeng diharapkan mampu menjembatani peningkatan
kreativitas pendidik anak usia dini dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan strategi
mendongeng seorang pendidik dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam
menyampaikan pesan moral dan ilmu kepada anak didiknya. Selain itu, strategi mendongeng
merupakan upaya untuk menampilkan sesuatu yang lebih bermakna dari sekedar transfer knowledge. Di sisi lain, strategi mendongeng juga dapat
mempengaruhi masa keemasan anak usia dini lewat cerita-cerita yang membangun agar
lebih berkarakter dan menyukai budaya lokal.
Apalagi
zaman terus berkembang, ilmu pengetahuan terus meningkat. Banyak anak usia dini
yang sudah larut dalam kecanggihan alat-alat moderen. Jarang dari mereka yang
mengetahui dongeng sebagai budaya lokal. Strategi mendongeng merupakan ikhtiar
bagi pendidik untuk menggalakan dan menumbuhkan semangat dalam mendongeng.
Dengan harapan dongeng anak usia dini bisa kembali di gemari pendidik dan anak usia
dini sebagai strategi belajar mengajar yang memiliki nilai karakter, budaya dan
moral yang baik di dalamnya.
2.
Strategi pemecahan masalah
Dalam peningkatan kreativitas pendidik anak
usia dini melaui mendongeng membutuhkan strategi yang tepat. Strategi
mendongeng bertujuan untuk memberikan langkah efektif dan menyenangkan dalam
menyampaikan ilmu dan pesan moral kepada anak didik. Strategi mendongeng
meliputi; 1) memilih jenis cerita sesuai dengan umur anak, 2) penentuan variasi dan cara (metode) dalam mendongeng, 3) penenentuan timing, yaitu berapa lama,
kapan dan di mana sebaiknya mendongeng dilakukan? 4) Bagaimana cara mendongeng
agar efektif memberikan pesan moral dan disukai anak? 5) Dari mana mendapatkan
dongeng? 6) evaluasi, dan lain sebagainya.
Dalam
pelaksanaan strategi mendongeng tidak
menutup kemungkinan mengalami permasalahan-permasalahan dari segi teoretis maupun
praktis. Oleh karena itu, diperlukan adanya rancangan penerapan strategi pemecahan
masalah. Dalam karya nyata ini, penulis menggunakan beberapa model penyelesaian
masalah. Model ini terdiri dari empat langkah:
a.
Penyelesaian
masalah berdasarkan pengalaman masa lampau. Biasanya cara ini digunakan pada
masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam
bentuk penampilan. Bila seorang pendidik merasa gagal dalam menyampaikan
dongeng kepada anak, maka perlu adanya kajian ulang mengapa hal tersebut bisa
terjadi. Bukankah pengalaman adalah guru yang paling berharga?
b.
Penyelesaian
masalah dengan cara trial dan eror. Dilakukan dengan cara coba-coba, sehingga
ditemukan penyelesaian yang tepat. Keberhasilan seorang pendidik dalam
mendongeng tidak bisa dilakukan secara serta merta, apalagi bagi pendongeng
pemula. Maka hal yang harus dilakukan adalah dengan cara terus mencoba tanpa takut
gagal.
c.
Penyelesaian
masalah secara metafisik. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi para pendidik,
bahwa dalam melakukan pembelajaran kepada anak didik tidaklah sekedar
menyampaikan ilmu. Di luar itu semua, seorang pendidik wajib berdoa untuk
keberhasilannya dalam mendidik anak usia dini. Sebab doa merupakan sebuah
kekuatan yang paling ampuh dalam mengatasi segala masalah.
d.
Penyelesaian
masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses
deduksi dan induksi. Penyelesaian masalah yang dibicarakan dalam strategi
belajar mengajar di sini adalah penyelesaian masalah secara ilmiah. Seyogyanya
seorang pendidik harus terus melakukan kajian-kajian tentang mendongeng.
Melalui belajar dari berbagai media, buku, internet, dan mengikuti pelatihan
dan seminar tentang mendongeng merupakan langkah yang rasional guna
menyelesaikan masalah berupa kegagalan dalam mendongeng.
Selain
cara dan model penyelesaian masalah tersebut di atas, pendidik juga mempunyai
peranan penting dalam strategi penyelesaian masalah. Karena itu pendidik
harus mempunyai kemampuan dasar. Kemampuan itu antara lain meliputi :
a. Kemampuan
menguasai bahan, yang terdiri dari menguasai bahan bidang studi dan kurikulum
sekolah, menguasai bahan pendalaman/ aplikasi bidang studi.
b. Kemampuan
mengelola program belajar mengajar, yang terdiri dari merumuskan tujuan
intruksional, mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, menyusun dan
memilih prosedur intruksional yang tepat, melaksanakan program belajar
mengajar, mengenal kemampuan (entery
behavior) anak didik, merencanakan dan melaksanakan pengajaran remidial.
c. Kemampuan
mengelola kelas dengan pengalaman belajar, yang meliputi mengatur tata ruang
kelas untuk pengajaran, menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
d.
Kemampuan menggunakan media/sumber
dengan pengalaman belajar, yang meliputi mengenal, memilih dan menggunakan
media, membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola
laboratorium dalam rangka proses belajar, mengembangkan laboratorium,
menggunakan laboratorium dalam proses belajar mengajar.
Selain
itu, dalam proses mendongeng, sebagai pendidik harus mengetahui proses yang
akan membantu dalam penyelesaian masalah yang timbul dalam mengkondisikan
kelas, yaitu:
a.
Hangat
dan antusias. Hangat dan antusias diperlukan dalam proses mendongeng.
Pendidik yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias
pada tugasnya atau pada aktivitasnya dan akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b.
Tantangan.
Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.
Bervariasi.
Penggunaan alat atau media, alat bantu, gaya mengajar pendidik, pola interaksi
pendidik dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan
perhatian anak didik untuk belajar, apalagi apabila penggunaannya bervariasi
sesuai dengan kebutuhan.
d.
Keluwesan.
Keluwesan tingkah laku pendidik untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim
belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya
gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan
tugas.
e.
Penanaman
disiplin diri. Pendidik sebaiknya mendorong anak didik untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri dan hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri
dan melaksanakan tanggung jawabnya. Jadi, pendidik harus disiplin dalam segala
hal apabila ingin anak didiknya juga ikut berdisiplin dalam segala hal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode dan Prosedur Kerja
Strategi mendongeng merupakan perpaduan
dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan metode, cerita, peralatan dan
bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar/mendongeng
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketika hendak menyampaikan dongeng
kepada anak usia dini, seorang pendidik seharusnya melaksanakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Memilih jenis
cerita sesuai dengan umur anak-anak
Dalam memilih
cerita seyogyanya mencari cerita yang ringan yang bisa ditangkap dan dicerna
oleh anak usia dini. Dengan kata lain, cerita tidak boleh mengambang dan tak
memiliki alur yang jelas. Untuk anak usia dini (0-6 tahun), usahakan mendongeng
hal-hal lucu dengan penokohan hewan atau cerita-cerita fabel (hewan, tumbuhan,
benda yang berbicara) atau cerita lain yang membangun yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman sehingga mampu mengasah daya imajinasi anak usia dini.
2.
Penentuan variasi
mendongeng
Variasi
sangatlah diperlukan setiap kali pendidik menyampaikan dongeng kepada anak
didik. Variasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
belajar mengajar. Variasi mendongeng juga bermanfaat untuk mengatasi kejenuhan
dalam mendongeng agar tak dongeng yang disampaikan terkesan monoton. Dalam
penulisan karya nyata ini penulis mengemukakan beberapa variasi yang digunakan
ketika melakukan kegiatan mendongeng bersama anak usia dini.
Beberapa variasi
dan cara yang dapat digunakan dan dipraktikkan dalam mendongeng adalah:
a.
Mendongeng
dengan gerak tubuh dan lagu.
Gambar 1. Mendongeng dengan gerak tubuh dan lagu
Metode ini
merupakan metode yang cukup sederhana sebab seorang pendidik tidak perlu
menyediakan alat peraga dan media lain yang dibutuhkan untuk mendongeng. Meski
demikian, agar cerita di dalam dongeng yang akan disampaikan terlihat menarik,
pendidik harus menguasai beberapa hal yaitu gerakan tubuh yang luwes, mimik, teknik
vokal dan intonasi yang baik.
Teknik vokal dan intonasi yang baik diperlukan dalam membangun sebuah cerita
yang sedang dibacakan. Pastikan memilih teknik vokal dan intonasi yang tepat
dan sesuai dengan isi cerita saat mendongeng. Yang terpenting jangan memaksakan
membuat suara-suara aneh hanya untuk menekankan tokoh tertentu jika kita
memang tidak bisa. Hal tersebut hanya akan mempersulit diri dalam mendongeng
jika tidak menguasainya.
Cara yang lebih
mudah adalah pendidik dapat memperkecil atau memperbesar suara dengan disertai
gerak tubuh sesuai dengan tokoh dalam cerita dongeng yang dibawakan. Selain
itu, Lakukanlah kontak mata
dengan anak. Pastikan selalu melakukan kontak mata dengan anak saat bercerita.
Jika pendidik membawa buku maka jangan hanya fokus pada buku bacaan. Iringi juga
dengan sentuhkan perhatian dan cinta kasih pada anak selama mendongeng agar
anak semakin merasa nyaman dengan momen mendongeng tersebut.
Selain itu,
seorang pendidik juga harus bisa menyelipkan lagu dan nyanyian ketika
mendongeng. Nyanyian adalah salah satu bentuk pernyataan atau pesan yang
memiliki daya menggerakkan hati, berwawasan cita rasa keindahan, cita rasa
estetika yang dikomunikasikan. Nyanyian juga bisa menjadi bahasa emosi karena
nyanyian dapat menggugah rasa senang, lucu, kagum, atau haru.
b.
Mendongeng dengan alat peraga penokohan/ boneka
Gambar 2. Mendongeng dengan alat peraga
penokohan
Dibanding
dengan sekedar mendongeng biasa yang hanya mengandalkan gerak tubuh dan teknik
vokal, metode ini akan memberikan kesan
yang lebih maksimal kepada anak. Anak-anak bisa berimajinasi dengan alat peraga
boneka yang dibuat/bawa oleh pendidik. Namun demikian, seorang pendidik harus
bisa memberikan alat peraga yang pas dan sesuai dengan isi cerita. Hal ini
bertujuan agar antara isi cerita dan peraga yang disampaikan memiliki kaitan
yang saling berkesinambungan.
c.
Mendongeng dengan menggambar.
Gambar 3. Mendongeng dengan menggambar
Dalam
menggunakan metode ini, seorang pendidik dituntut untuk bisa menggambarkan
cerita melalui kegiatan menggambar yang berkesinambungan. Pendidik harus bisa
menggambar setiap tokoh dan latar belakang beserta karakter melalui papan
gambar yang sudah disiapkan sebelumnya.
d.
Mendongeng
dengan alat peraga gambar
Gambar 4. Mendongeng dengan alat peraga
gambar
Berbeda dengan
mendongeng dengan menggambar, mendongeng dengan alat peraga gambar akan lebih
memudahkan pendidik dalam menyampaikan dongeng. Alat peraga gambar bisa berupa
gambar cetak maupun gambar buatan yang sudah disediakan sebelumnya. Dengan
ketentuan:
1)
Menggambarkan aktivitas tokoh yang
paling mewakili atau mendekati isi cerita
2)
Aktivitas tokoh terlihat jelas,
menonjol, dan dapat dengan mudah ditangkap pengertiannya oleh anak
3)
Gambar jelas, berwarna dan sopan.
Mendongeng dengan alat peraga gambar bisa menggunakan
buku cerita bergambar bahkan seorang pendidik menyiapkan sendiri gambar
tersebut sebelum melaksanakan kegiatan mendongeng. Seorang pendidik bisa
menempatkan gambar pada dinding atau papan khusus yang digunakan untuk
menempatkan gambar sesuai dengan isi cerita yang ada dalam dongeng. Bisa juga
memanfaatkan media elektronik melalui gambar slide show lewat proyektor. Dengan ketentuan gambar yang dibuat pun
harus jelas dan bisa membangun imajinasi anak.
e.
Mendongeng
dengan audio.
Gambar 5. Mendongeng dengan audio
Metode ini
merupakan alternatif bagi pendidik yang menginginkan sesuatu yang baru dalam
mendongeng. Mendongeng dengan audio adalah mendongeng dengan cara
memperdengarkan cerita melalui cerita yang sudah dibungkus dengan CD atau
rekorder. Dalam penggunaannya pendidik harus mempersiapkan tipe/ pemutar audio
dan juga alat peraga. Karena metode ini membutuhkan ketenangan maka pendidik
harus bisa mengkondisikan anak-anak agar bisa mendengarkan isi cerita dengan
tertib. Pendidik juga bisa mengajak pendidik lain untuk bisa mengkondisikan
anak-anak sedangkan dirinya memperagakan melalui alat peraga yang dibutuhkan. Yang
perlu diketahui adalah mendongeng dengan audio berbeda dengan mendengarkan
radio. Sebab, mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak, baik secara positif
dan negatif. Sedangkan dengan audio akan lebih memberikan kesan positif di
dalamnya. Tugas seorang guru dalam mendongeng dengan audio adalah memberikan
interupsi dan interaksi kepada anak usia dini.
Setelah
mengetahui tentang beberapa variasi dalam mendongeng, maka langkah kongkrit
yang harus diperhatikan pendidik ketilka akan mendongeng secara garis besar
adalah sebagai berikut:
a.
Menyiapkan media/ alat peraga baik
gambar maupun boneka/ tipe rekorder
b.
Tempatkan alat peraga pada tempat yang
mudah terlihat oleh anak
c.
Siapkan alat penunjuk, dan manfaatkan
untuk memandu cerita
d.
Ciptakan suasana hening dan berdoalah
ketika hendak memulai cerita
e.
Ketika cerita sedang berlangsung,
jangan sampai salah menyebutkan nama-nama tokoh
f.
Sesekali adakan dialog dengan anak-anak
g.
Libatkan anak dalam penghayatan
karakter tokoh dengan cara menirukan karakter bersama-sama mereka
h.
Tambahkan lagu-lagu jika perlu agar
tercipta suasana riang gembira
i.
Pastikan anak tetap memperhatikan
pendidik saat bercerita
j.
Apabila ada waktu dan dipandang perlu,
mintalah kepada anak untuk menceritakan kembali apa yang sudah diceritakan
dengan bahasa mereka sendiri-sendiri
k.
Sisipkan pesan sebelum mengakhiri
cerita
l.
Terakhir adalah menutup dongeng dengan
bacaan hamdalah.
3.
Penentuan timing, yaitu berapa lama, kapan dan di mana sebaiknya mendongeng
dilakukan?
Jika
pendidik sudah terbiasa mendongeng, pasti bisa memperkirakan berapa lama waktu
untuk mendongeng, karena waktu tersebut tergantung bagaimana anak bisa menerima
cerita itu. Sehingga pada bagian mana harus berhenti untuk jeda dan bahkan
menghentikan dongeng yang sedang berlangsung tersebut akan mengetahuinya. Hal
ini dikarenakan lama waktu mendongeng terkadang hanya bisa ditentukan dengan
melihat atau memahami respon dari anak yang mendengarkan dongeng tersebut.
Waktu
yang baik digunakan untuk mendongeng adalah minimal satu kali dan maksimal dua kali dalam seminggu dan dilaksanakan pada
hari yang sama. Dengan demikian, pendidik diharapkan bisa melakukan persiapan
yang lebih maksimal terhadap cerita yang akan disampaikan kepada anak usia
dini. Sedangkan bagi anak, ia akan selalu menanti hari yang akan di isi dengan
kegiatan mendongeng.
Lalu
di mana sebaiknya dongeng dilaksanakan? Bila seorang pendidik sudah menguasai
teknik mendongeng dengan baik maka di manapun tempatnya tidak akan menjadi
halangan. Hanya saja, seorang pendidik memang harus mencari suasana yang
menyenangkan untuk membawa dongeng tersebut agar lebih diperhatikan oleh
anak-anak.
Seorang
guru bisa melaksanakan kegiatan mendongeng di dalam ruangan (in door)
meliputi ruang kelas dan aula sekolah,
luar ruangan (out door) meliputi halaman sekolah, atau
tempat representatif lainnya seperti tempat ibadah dan gazebo.
4.
Bagaimana cara mendongeng agar efektif
memberikan pesan moral dan disukai anak?
a.
Pertama, menguasai materi dongeng secara utuh.
Dalam hal ini keseluruhan cerita dalam dongeng yang akan diceritakan harus
sudah dipahami oleh pendongeng, baik dalam penokohan, situasai, karakter hingga
pesan moral yang ada dalam dongeng tersebut. Sehingga pendidik akan mendapat
gambaran pada bagian mana anak akan tersenyum, tertawa atau mengangguk tanda
mengiyakan ungkapan atau pesan yang ada dalam dongeng tersebut. Dalam hal ini
tentu beberapa jeda harus ada pada saat saat tertentu seperti ketika anak
meresapi pesan moral, atau saat anak menyenangi cerita pada momen-momen
tertentu, dan lain sebagainya.
b.
Kedua, memilih tema yang sesuai. Agar cerita
atau dongeng yang disampaikan dapat dicerna dan diserap anak, sebaiknya
tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan kehidupan
anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang (1) kehidupan
anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat; (2) binatang, seperti binatang
ternak, binatang hidup di air, dan lain-lain, (3) tanaman, seperti aneka bunga,
tanaman pertanian, dan lain-lain. Di sini dongeng yang menarik/menghibur tersebut
harus benar-benar dongeng yang memiliki pesan-pesan moral yang baik. Ini adalah
sebagai antisipasi dari kemungkinan ada dongeng yang memiliki ketidaktepatan
tema untuk perkembangan psikologis anak. Seperti contoh dongeng legenda yang
memiliki romantika percintaan orang dewasa yang terlalu kompleks (contoh
percintaan ibu dan anak dalam cerita sangkuriang).
c.
Ketiga, membuat alat peraga dan media mendongeng. Pada dasarnya setiap
metode mengajar perlu menggunakan alat-alat pengajaran yang berfungsi membantu
proses pengajaran agar tujuan dapat dicapai sebaik-baiknya. Alat peraga atau
media berfungsi untuk meperagakan suatu isi cerita dalam dongeng agar terkesan
lebih hidup. Selain itu, pilihan peraga, gambar/
media yang ada diusahakan bisa membuat anak semakin terpicu untuk berimajinasi.
Bila dongeng yang diterangkan melalui gambar, maka gambar itu harus gambar yang
indah, menarik dan penuh warna-warni. Bahkan seorang pendidik bisa memanfaatkan
benda-benda yang ada disekeliling rumah atau lingkungan sekolah sebagai peraga
seperti barang-barang bekas dan lain sebagainya.
d.
Keempat, memperisapkan konsentrasi sebelum
memulai dongeng. Disini pendidik harus bisa melihat kesiapan anak untuk
mendengarkan dongeng. Jadi, kondisi anak harus terlebih dahulu dipersiapkan
senyaman mungkin sehingga dalam menyimak dongeng yang diberikan sudah dalam
keadaan yang benar (konsentrasi dan fokus). Dengan demikian, semua isi dongeng
baik itu hiburan dan pesan moral yang ada di dalamnya akan tersampaikan dengan
baik.
e.
Kelima, memulai dengan awalan yang benar
dan indah serta melakukan improvisasi secara kreatif dengan segenap
penghayatan. Dalam hal ini awalan yang baik adalah awalan dengan kata yang
membuat anak terhipnotis dan bersemangat untuk memasang imajinasi mereka,
contoh kata yang bisa diberikan adalah : di pagi yang cerah, ketika sang surya
mulai tenggelam, di saat malam gelap gulita, dsb. (semuanya dilakukan dengan
retorika yang bisa mengantarkan anak untuk sesegera mungkin merimajinasi tentang
sesuatu yang ada dalam dongeng tersebut). Pada saat mendongeng retorika kita
pada setiap tokoh diusahakan sebisa mungkin mengikuti karakter tokoh tersebut.
Sehingga anak akan semakin cepat untuk membentuk setiap karakter tokoh tersebut
dalam imajinasinya.
f.
Keenam, mengakhiri dongeng dengan
menyisipkan/mengulangi pesan pesan moral. Pada bagian ini menjadi poin penting
dimana pada saat dongeng selesai diberikan, anak akan cepat menangkap dan
mengingat pesan yang akan disampaikan. Sehingga, ketika pendidik memberikan pesan yang baik sebagai penutup,
anak akan menyadari bahwa dongeng telah selesai. Pada saat inilah anak akan
menyimpulkan (tanpa disadarinya) tentang seluruh isi cerita yang telah di dengarnya.
Maka dari itu, jika pendidik membantunya dengan memberikan ulasan/mengulang
poin poin penting tentang pesan moralnya maka anak akan lebih cepat pula
merekamnya.
5.
Cara mendapatkan dongeng?
Dongeng bisa didapatkan dengan berbagai cara, di antarnya:
a.
Cara yang pertama adalah cara
klasik, yaitu dengan
mencari sumber dongeng dari toko toko buku atau mencari inspirasi dongeng dari
sumber cerita yang beragam, contoh dari cerita orang lain dan kisah-kisah
rakyat yang ada di sekitar kita. Selain itu bisa juga dari kehidupan sehari
hari yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah dongeng yang bisa
dipahami dan disukai oleh anak.
b.
Cara yang kedua adalah cara modern. Disini kita bisa
menggunakan media internet untuk hunting
(berburu) dongeng dengan cara men-download
e-book
dongeng, mencari dongeng dari berbagai fasilitas web, blog, note dll yang salah
satunya tersedia juga bisa didapat di kompasiana. Cara mudah untuk mendapatkan
dongeng di Internet adalah dengan menulis beberapa kata atau kalimat yang
berhubungan dengan dongeng di tab kosong (browsing). Contoh kita bisa
menuliskan “kumpulan dongeng anak nusantara”, “dongeng anak”, “cerita rakyat”,
“kumpulan fable” dan lain lain.
c.
Cara yang berikutnya adalah dengan
mengarang sendiri cerita dongeng tersebut. Selain menjadi sebuah tantangan, di
sini pendidik dituntut untuk lebih kreatif, inovatif dan mampu berimajinasi dalam
menyusun sebuah cerita. Tentunya cerita yang disusun adalah cerita yang sesuai
untuk anak usia dini yang bisa membangun karakter dan budi pekerti serta
kecerdasan intelektual maupun spiritual.
6.
Evaluasi
Dalam melaksanakan strategi mendongeng evaluasi sangatlah diperlukan. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi mendongeng
dalam menumbuhkembangkan daya kreativitas pendidik. Setidaknya
ada lima macam fungsi evaluasi bagi pendidik, yaitu:
Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh
peserta didiknya.
a.
Memberikan
informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta
didik di tengah-tengah kelompoknya.
b.
Memberikan
bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menciptakan status peserta didik.
c.
Memberikan
pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang
memerlukannya
d.
Memberikan
petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan
telah dapat dicapai.
Demikian
strategi mendongeng yang perlu diperhatikan pendidik tiap kali mau menyampaikan
cerita kepada anak didik. Selain hal tersebut di atas, seorang pendidik juga
dituntut untuk terus belajar dan belajar guna menjadi pendongeng yang baik. Di
antaranya adalah mencari sumber referensi, belajar pada ahlinya dan aktif dalam
mengikuti pelatihan-pelatihan yang mampu mengarahkan pendidik sebagai
pendongeng kreatif dan sejati yang sesuai dengan tuntutan zaman.
B.
Hasil atau Dampak yang Dicapai
Upaya
peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng diharapkan menghasilkan
dampak positif bagi pendidik, peserta didik dan masyarakat pada umumnya. Adapun
hasil atau dampak yang dicapai dalam melaksanakan strategi ini adalah sebagai
berikut:
1.
Meningkatkan kesadaran para pendidik terhadap kegiatan
mendongeng sebagai pkegiatan belajar mengajar yang efektif dalam transfer knowledge dan pesan moral yang ditujukan kepada anak usia dini.
2.
Menumbuhkan
kecintaan anak didik terhadap dunia dongeng yang sebenarnya memiliki mutu dan
kualitas yang berkarakter terhadap perkembangan anak usia dini.
3.
Menumbuhkan
semangat bagi para pendidik untuk menemukan hal-hal yang baru dalam kegiatan
belajar mengajar.
4.
Mengasah dan mempengaruhi daya pikir
serta imajinasi para pendidik anak usia dini. Hal yang belum tentu dapat
terpenuhi bila pendidik hanya terpaku pada buku panduan dalam setiap melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.
5.
Memudahkan pendidik dalam transfer ilmu
dan pesan moral kepada anak usia dini. Sebab cerita atau dongeng merupakan
media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak,
bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah
hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan
sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga
diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai dengan tidak bersikap
memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng
tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
6.
Menumbuhkan minat baca pendidik anak
usia dini. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, pendidik
diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku-buku bacaan yang
relevan. Diawali dengan buku-buku dongeng yang akan menjadi bahan untuk
mendongeng, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan,
sains, agama, dan sebagainya yang bisa menunjang kreativitas lainnya. Bukankah
banyak manfaat dari membaca. Selain memperoleh hiburan, dengan membaca sesorang
terbuka pandangan dan pemikirannya. Selain itu, membaca dapat mengubah bukan
hanya sudut pandang atau mindset
seseorang (pendidik-pen.), tapi juga bisa mengubah didup secara total.
7. Meningkatnya kinerja pendidik anak
usia dini baik pengelola, pendidik, dan semua komponen yang terlibat terhadap
pendidikan anak usia dini. Dengan meningkatnya
kinerja pendidik anak usia dini diharapkan mampu mencetak anak usia dini yang
sehat, cerdas, ceria dan berakhlakul karimah.
8.
Meningkatnya
daya kreativitas pendidik anak usia dini baik dalam mendongeng maupun dalam
kegiatan belajar mengajar yang lain. Karena daya kreativitas pendidik dalam
mendongeng secara otomatis dapat mempengaruhi pola pikir seorang pendidik dalam
mengajar agar lebih efektif dan efisien. Selain bisa bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai
pendidik, juga mampu memberi pengaruh dan manfaat terhadap anak usia dini,
pendidik lainnya, lembaga, serta pemerintah dan bangsa pada umumnya.
C.
Kendala-Kendala yang Dihadapi
Meski telah berupaya semaksimal mungkin agar
pelaksanaan strategi program bisa terealisasi dengan baik. Namun sudah menjadi
hal yang umum bila dalam pelaksanaannya terdapat kendala-kendala yang terjadi
dan di alami antara lain:
1.
Kesulitan mencari referensi yang sesuai. Sehingga
membuat penulis harus memilah dan memilih sumber referensi yang tepat.
2.
Kesulitan dalam menentukan klimaks sebuah cerita agar
lebih hidup.
3.
Keterbatasan alat peraga yang digunakan untuk
mendongeng. Dalam mendongeng dibutuhkan alat peraga yang mampu mendukung jalan
cerita. Namun karena banyak cerita yang berbeda membuat peraga yang dibutuhkan
pun semakin banyak dan variasi.
4.
Persiapan
yang kurang matang. Dalam managemen mendongeng dibutuhkan persiapan yang matang
sebab membutuhkan berbagai macam media dan alat peraga yang mendukung guna
menjadikan dongeng lebih hidup dan menarik.
5.
Merangkap
tugas. Sebagai pendidik anak usia dini, penulis menjabat sebagai wali kelas dan
guru sentra. Sehingga kadang persiapan yang dilakukan untuk berbenturan dengan
persiapan untuk mengisi pembelajaran sentra.
6.
Tempat
yang kurang representatif dan banyaknya jumlah siswa. Sebagai lembaga yang baru
berjalan kurang lebih lima tahun. Tempat yang digunakan masih kurang
representatif untuk dijadikan untuk mendongeng. Sebab banyak anak yang tertarik
untuk mengikuti kegiatan mendongeng ketika sedang melakukan pembelajaran dengan
pendidik yang lain.
D.
Faktor-Faktor Pendukung
Dalam
melaksanakan strategi mendongeng guna meningkatkan kreativitas pendidik anak
usia dini, terdapat beberapa faktor yang mendukung terealisasinya peningkatan
kreativitas tersebut antara lain:
1. Pengalaman
Mengajar. Sebagai pendidik, penulis telah memiliki pengalaman dalam menangani
anak usia dini. Sehingga memudahkan penulis untuk menyusun strategi mendongeng
yang baik untuk anak usia dini.
2. Dukungan dan motivasi dari sesama
rekan pendidik yang membuat penulis semakin terbangun untuk mengembangkan strategi dongeng yang efektif untuk anak
usia dini guna meningkatkan kreativitas penulis sebagai pendidik.
3. Sebagaimana
kepercayaan dalam memberikan pendidikan kepada anak usia dini, rasa percaya
diri yang penulis miliki menjadikan penulis percaya bahwa suatu proses yang
sudah penulis laksanakan dalam strategi mendongeng pasti tidaklah sia-sia
bahkan akan membuahkan hasil yang bermanfaat.
4. Fasilitas yang mendukung. Segala
sesuatu yang berkaitan dengan strategi mendongeng membutuhkan fasilitas yang
mendukung.
E.
Tindak Lanjut/Rencana Desiminasi
Upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui
strategi mendongeng anak usia dini akan memberikan hasil yang optimal apabila
dapat ditindaklanjuti dengan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Adanya upaya perbaikan dalam menjalankan strategi, meliputi mengorganisasikan
metode, cerita, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses
mendongeng untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.
Adanya pemahaman dan kesadaran bahwa melalui kegiatan mendongeng
ternyata bisa menjadikan pendidik lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
3.
Konsep, prosedur, dan prinsip karya nyata ini akan
bermanfaat bagi pendidik apabila dipahami dan dilaksanakan dalam praktik
pembelajaran di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
BAB III
SIMPULAN DAN
REKOMENDASI
A.
Simpulan
Setiap
orang memiliki kreativitas yang kadarnya berbeda dan dapat dikembangkan atau
dilatih oleh dirinya sendiri atau dengan bantuan orang lain, tetapi yang
penting orang yang bersangkutan mau berusaha dan tidak menyerah pada keadaan.
Sebagai seorang pendidik seharusnya bisa mengawali diri untuk memiliki sifat
dan sikap kreatif, sebab kreativitas jarang (tidak akan) muncul pada anak usia
dini jika pendidiknya tidak memiliki daya kreativitas yang bisa dibanggakan.
Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini
melalui dongeng anak usia dini dapat terwujud mana kala diatur dalam sebuah
strategi. Melalui strategi
mendongeng diharapkan mampu menjadikan pendidik dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar lebih kreatif. Dengan strategi mendongeng diharpakan mampu
menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual),
sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini
Selain
itu, melalui strategi yang ditempuh oleh pendidik dalam mendongeng juga dapat
mempengaruhi pola pikir pendidik anak usia dini untuk lebih kreatif dalam
melaksanakan segala aspek yang berkaitan dengan anak usia dini. Sehingga
pendidik anak usia dini mampu bekerja secara maksimal dalam mentransfer ilmu
kepada anak didiknya.
B.
Rekomendasi
Peningkatan
kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng dapat dilakukan
oleh semua pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini di manapun berada mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi.
Apabila
dalam melaksanakan program mengalami kesulitan dan kendala, maka perlu adanya
evaluasi dan dukungan dari berbagi pihak, sehingga kendala-kendala tersebut
bisa segera teratasi.
Penulis
menyampaikan terima kasih kepada Kepala UPTD, Himpunan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) Kecamatan Wonosobo yang telah memberi
kepercayaan kepada penulis untuk membuat karya nyata ini. Rasa terimakasih juga
penulis sampaikan kepada rekan kerja dan semua pihak yang telah memberi doa,
dukungan dan motivasi guna terselesaikannya karya nyata ini. Semoga karya nyata
ini bermanfaat bagi pendidikan anak usia dini dan dunia pendidikan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Asti, Badiatul Muchlasin. 2009. Fun Games For Kids 100 Jenis Permainan Rekreatif dan Edukatif untuk
Anak. Jogjakarta: POWER BOOKS (Ihdina).
2.
Barnawi, & Novan Ardy Wiyani., Format PAUD, Konsep Karakteristik &
Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: AR RUZZ MEDIA. 2012
3.
Hariwijaya, M. 2010. Panduan Mendidik dan Membentuk Watak Anak, Memahami Perilaku dan Cara
Berpikir Anak Mas Kini. Luna Publisher, Yogyakarta.
4.
Hasan, Maimunah. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: DIVA Press.
5.
Mufarokah, Anisatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit TERAS.
6.
Muisfiroh, Tadkirotun. 2005. Cerita untuk Perkembangan Anak. Yogyakarta: NAVILA.
7.
Putra, R. Masri Sareb. 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: PT Indeks.
8.
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Depok: PT RAJA GRAFINDO PERSADA.
9.
Suryobroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
10. Panitia Festival Mendongeng/Storytelling, Festival
Mendongeng/Storytelling Nasional 2013 untuk guru/pustakawan TK/RA, PAUD, SD dan
yang setara serta komunitas pecinta buku dan penulis cerita/dongeng anak.2013
11. K. Tatik Wardayati , Mendongeng,
Stimulasi untuk Anak Usia Dini, diambil dari http://intisari-online.com/read/mendongeng-stimulasi-untuk-anak-usia-dini, akses Rabu, 10 April 2013
12. Trik and Tips dalam
Mendongeng untuk Anak, diambil dari http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/04/12/trik-and-tips-dalam-mendongeng-untuk-anak-354853.html, akses Rabu, 10 April 2013.
No comments:
Post a Comment