Monday, April 29, 2013

Karya Nyata_ Peningkatan Kreativitas Pendidik Anak Usia Dini Melalui Dongeng


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Anak merupakan salah satu pilar utama dalam sebuah keluarga dan masyarakat. Mereka adalah generasi penerus yang akan melanjutkan keberadaan manusia. Seorang anak tidak akan menjadi manusia yang baik dan diharapkan di masa mendatang, tanpa ditopang oleh nilai-nilai pendidikan yang mulia. Krisis moral (akhlak) pada anak yang menimpa negeri ini telah menyadarkan kita untuk berlomba-lomba dalam memperbaikinya, dan itu harus dimulai dari perbaikan pada konsep pendidikan yang akan diterapkan kepada anak. Seorang anak kecil (anak usia dini-pen.) yang belum memahami apa-apa tentu harus selalu dibimbing mengelola emosi hingga mampu memahami mana yang seharusnya dilakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan.
Keberhasilan belajar anak sangat dipengaruhi oleh kreativitas pendidik membuat variasi dan keragaman dalam metode belajar. Metode belajar yang monoton akan membuat anak bosan. Metode belajar yang tidak tepat dengan materi juga akan membuat penerimaan informasi dan pengetahuan kepada peserta didik menjadi terhambat. Oleh karena itu, pendidik harus menyesuaikan pemilihan metode belajar dengan materi yang akan disampaikan, perkembangan psikologi anak (karakter anak), fasilitas dan waktu.
Mendongeng bisa menjadi metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak usia dini. Sebab dunia dongeng merupakan dunia yang menakjubkan bagi anak.Lewat dongeng sebuah komunikasi dan kedekatan emosional dapat tercapai. Transfer ilmu, nilai dan keteladanan yang terkandung dalam sebuah dongeng dapat lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. Dengan kata lain, mendongeng bisa menjadi sarana yang baik untuk menyampaikan materi kependidikan kepada anak-anak terutama anak usia dini.Dengan dongeng anak bisa mengasah daya pikir dan imajinasinya, dengan dongeng juga dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak.Kegiatan belajar mengajar di sekolah pun terasa menyenangkan.
Namun sayang, tak sedikit dari pendidik anak usia dini yang tidak bisa mengaplikasikan dongeng sebagai pembelajaran yang efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar para pendidikbiasanya banyak yang terpaku pada buku-buku panduan. Padahal, tak jarang kita jumpai bahwa isi dari buku tersebut kurang sesuai dengan sisi nalar pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, yang mana pada masa ini merupakan masa keemasan (goldenage). Jika ini terus terjadi, maka anak akan merasa terbebani dan akhirnya mengalami kebosanan dalam belajar. 
Dalam mentransfer ilmu kepada anak didik melalui mendongeng, seorang pendidik seharusnya dapat melaksanakan tugasnya secara professional, menggunakan wawasan yang mantap dan utuh tentang mendongeng, memiliki gambaran yang meyeluruh mengenai bagaimana proses mendongeng itu akan berhasil, serta langkah-langkah apa yang diperlukan guna memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Jika para pendidik hanya terpaku pada buku-buku panduan pembelajaran yang kurang bermutu, jelas akanberdampak pada kurangnya daya kreativitas pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Para pendidik tidak dapat menemukan inovasi-inovasi dalam menyampaikan pembelajaran yang diberikan pada anak didik mereka. Dengan kata lain, SDM pendidik cenderung stagnan dan tak bisaberkembang menjadi lebih berkualitas dan memiliki daya kreativitas.









B.       Masalah dan Tujuan
Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu adanya upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng. Hal itu bertujuan agar seorang pendidik mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih kreatif dalam mentransfer ilmu dan pesan moral melalui kegiatan menyenangkan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini

C.      Strategi Pemecahan Masalah
1.         Alasan strategi pemecahan masalah
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun nonaptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada yang relatif berbeda dengan yang telah ada.
Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini saat ini memang merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh para pelaku pendidikan. Salah satu upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jalan yang bisa ditempuh adalah dengan cara belajar secara otodidak, adanya supervisi pendidikan, peningkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pelatihan dan seminar, serta mengikuti program-program yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI).
Selain itu, peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini juga bisa dilakukan melalui sebuah strategi belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan. Salah satu pembelajaran yang efektik dan menyenangkan untuk anak usia dini adalah mendongeng. Agar mendongeng bisa lebih efektif tersampaikan oleh anak usia dini maka perlu adanya strategi mendongeng yang baik bagi pendidik. Strategi mendongeng bagi pendidik merupakan kebutuhan yang tidak bisa di tawar lagi pada zaman sekarang ini.
Dengan adanya strategi mendongeng diharapkan mampu menjembatani peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan strategi mendongeng seorang pendidik dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam menyampaikan pesan moral dan ilmu kepada anak didiknya.Selain itu, strategimendongeng merupakan upaya untuk menampilkan sesuatu yang lebih bermakna dari sekedar transferknowledge.Di sisi lain, strategi mendongeng juga dapat mempengaruhi masa keemasan anak usia dini lewat cerita-cerita yang membangun agar lebih berkarakter dan menyukai budaya lokal.
Apalagi zaman terus berkembang, ilmu pengetahuan terus meningkat. Banyak anak usia dini yang sudah larut dalam kecanggihan alat-alat moderen.Jarang dari mereka yang mengetahui dongeng sebagai budaya lokal.Strategi mendongeng merupakan ikhtiar bagi pendidik untuk menggalakan dan menumbuhkan semangat dalam mendongeng. Dengan harapan dongeng anak usia dini bisa kembali di gemari pendidik dan anak usia dini sebagai strategi belajar mengajar yang memiliki nilai karakter, budaya dan moral yang baik di dalamnya.

2.         Strategi pemecahan masalah
Dalam peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melaui mendongeng membutuhkan strategi yang tepat. Strategi mendongeng bertujuan untuk memberikan langkah efektifdan menyenangkan dalam menyampaikan ilmu dan pesan moral kepada anak didik.Strategi mendongeng meliputi; 1) memilih jenis cerita sesuai dengan umur anak, 2) penentuan variasi dan cara (metode) dalam mendongeng, 3) penenentuan timing, yaitu berapa lama, kapan dan di mana sebaiknya mendongeng dilakukan? 4) Bagaimana cara mendongeng agar efektif memberikan pesan moral dan disukai anak?5) Darimana mendapatkan dongeng? 6) evaluasi, dan lain sebagainya.
Dalam pelaksanaan strategimendongeng  tidak menutup kemungkinan mengalami permasalahan-permasalahan dari segi teoretis maupun praktis. Oleh karena itu, diperlukan adanya rancangan penerapan strategipemecahan masalah.Dalam karya nyata ini, penulis menggunakan beberapa model penyelesaian masalah. Model ini terdiri dari empat langkah:
a.    Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau. Biasanya cara ini digunakan pada masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam  bentuk penampilan. Bila seorang pendidik merasa gagal dalam menyampaikan dongeng kepada anak, maka perlu adanya kajian ulang mengapa hal tersebut bisa terjadi. Bukankah pengalaman adalah guru yang paling berharga?
b.    Penyelesaian masalah dengan cara trial dan eror. Dilakukan dengan cara coba-coba, sehingga ditemukan penyelesaian yang tepat. Keberhasilan seorang pendidik dalam mendongeng tidak bisa dilakukan secara serta merta, apalagi bagi pendongeng pemula. Maka hal yang harus dilakukan adalah dengancaraterus mencoba tanpa takut gagal.
c.    Penyelesaian masalah secara metafisik.Sudah menjadi suatu kewajiban bagi para pendidik, bahwa dalam melakukan pembelajaran kepada anak didik tidaklah sekedar menyampaikan ilmu. Di luar itu semua, seorang pendidik wajib berdoa untuk keberhasilannya dalam mendidik anak usia dini. Sebab doa merupakan sebuah kekuatan yang paling ampuh dalam mengatasi segala masalah.
d.   Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses deduksi dan induksi. Penyelesaian masalah yang dibicarakan dalam strategi belajar mengajar di sini adalah penyelesaian masalah secara ilmiah. Seyogyanya seorang pendidik harus terus melakukan kajian-kajian tentang mendongeng. Melalui belajar dari berbagai media, buku, internet, dan mengikuti pelatihan dan seminar tentang mendongeng merupakan langkah yang rasional guna menyelesaikan masalah berupa kegagalan dalam mendongeng.
Selain cara dan model penyelesaian masalah tersebut di atas, pendidik juga mempunyai peranan penting dalam  strategi penyelesaian masalah. Karena itu pendidik harus mempunyai kemampuan dasar. Kemampuan itu antara lain meliputi :
a.       Kemampuan menguasai bahan, yang terdiri dari menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, menguasai bahan pendalaman/ aplikasi bidang studi.
b.      Kemampuan mengelola program belajar mengajar, yang terdiri dari merumuskan tujuan intruksional, mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, menyusun dan memilih prosedur intruksional yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan (entery behavior) anak didik, merencanakan dan melaksanakan pengajaran remidial.
c.       Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar, yang meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran, menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
d.      Kemampuan menggunakan media/sumber dengan pengalaman belajar, yang meliputi mengenal, memilih dan menggunakan media, membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar, mengembangkan laboratorium, menggunakan laboratorium dalam  proses belajar mengajar.
Selain itu, dalam proses mendongeng, sebagai pendidikharus mengetahui proses yang akan membantu dalam penyelesaian masalah yang timbul dalam  mengkondisikan kelas, yaitu:
a.    Hangat dan antusias. Hangat dan antusias diperlukan dalam  proses mendongeng. Pendidik yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya dan akan berhasil dalam  mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b.    Tantangan. Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.    Bervariasi. Penggunaan alat atau media, alat bantu, gaya mengajar pendidik, pola interaksi pendidik dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik untuk belajar, apalagi apabila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan.
d.   Keluwesan. Keluwesan tingkah laku pendidik untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas.
e.    Penanaman disiplin diri. Pendidik sebaiknya mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan melaksanakan tanggung jawabnya. Jadi, pendidik harus disiplin dalam segala hal apabila ingin anak didiknya juga ikut berdisiplin dalam  segala hal.












BAB II
PEMBAHASAN

A.      Metode dan Prosedur Kerja
Strategi mendongeng merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan metode, cerita, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar/mendongeng untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketika hendakmenyampaikan dongengkepada anak usia dini, seorang pendidik seharusnya melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.         Memilih jenis cerita sesuai dengan umur anak-anak
Dalam memilih cerita seyogyanya mencari cerita yang ringan yang bisa ditangkap dan dicerna oleh anak usia dini. Dengan kata lain, cerita tidak boleh mengambang dan tak memiliki alur yang jelas. Untuk anak usia dini (0-6 tahun), usahakan mendongeng hal-hal lucu dengan penokohan hewan atau cerita-cerita fabel (hewan, tumbuhan, benda yang berbicara) atau cerita lain yang membangun yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga mampu mengasah daya imajinasi anak usia dini.
2.         Penentuan variasi mendongeng
Variasi sangatlah diperlukan setiap kali pendidik menyampaikan dongeng kepada anak didik. Variasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Variasi mendongeng juga bermanfaat untuk mengatasi kejenuhan dalam mendongeng agar tak dongeng yang disampaikan terkesan monoton. Dalam penulisan karya nyata ini penulis mengemukakan beberapa variasi yang digunakan ketika melakukan kegiatan mendongeng bersama anak usia dini.
Beberapa variasi dan cara yang dapat digunakan dan dipraktikkan dalam mendongeng adalah:



a.         Mendongeng dengan gerak tubuh dan lagu.
Gambar 1. Mendongeng dengan gerak tubuh dan lagu
Metode ini merupakan metode yang cukup sederhana sebab seorang pendidik tidak perlu menyediakan alat peraga dan media lain yang dibutuhkan untuk mendongeng. Meski demikian, agar cerita di dalam dongeng yang akan disampaikan terlihat menarik, pendidik harus menguasai beberapa hal yaitu gerakan tubuh yang luwes, mimik, teknik vokal dan intonasi yang baik. Teknik vokal dan intonasi yang baik diperlukan dalam membangun sebuah cerita yang sedang dibacakan. Pastikan memilih teknik vokal dan intonasi yang tepat dan sesuai dengan isi cerita saat mendongeng. Yang terpenting jangan memaksakan membuat suara-suara aneh hanya untuk menekankan  tokoh tertentu jika kita memang tidak bisa. Hal tersebut hanya akan mempersulit diri dalam mendongeng jika tidak menguasainya.
Cara yang lebih mudah adalah pendidik dapat memperkecil atau memperbesar suara dengan disertai gerak tubuh sesuai dengan tokoh dalam cerita dongeng yang dibawakan. Selain itu, Lakukanlah kontak mata dengan anak. Pastikan selalu melakukan kontak mata dengan anak saat bercerita. Jika pendidik membawa buku makajangan hanya fokus pada buku bacaan. Iringi juga dengan sentuhkan perhatian dan cinta kasih pada anak selama mendongeng agar anak semakin merasa nyaman dengan momen mendongeng tersebut.
Selain itu, seorang pendidik juga harus bisa menyelipkan lagu dan nyanyian ketika mendongeng. Nyanyian adalah salah satu bentuk pernyataan atau pesan yang memiliki daya menggerakkan hati, berwawasan cita rasa keindahan, cita rasa estetika yang dikomunikasikan. Nyanyian juga bisa menjadi bahasa emosi karena nyanyian dapat menggugah rasa senang, lucu, kagum, atau haru.
b.        Mendongengdenganalatperaga penokohan/ boneka
Gambar 2. Mendongeng dengan alat peraga penokohan
Dibanding dengan sekedar mendongeng biasa yang hanya mengandalkan gerak tubuh dan teknik vokal, metode ini akan  memberikan kesan yang lebih maksimal kepada anak. Anak-anak bisa berimajinasi dengan alat peraga boneka yang dibuat/bawa oleh pendidik. Namun demikian, seorang pendidik harus bisa memberikan alat peraga yang pas dan sesuai dengan isi cerita. Hal ini bertujuan agar antara isi cerita dan peraga yang disampaikan memiliki kaitan yang  saling berkesinambungan.

c.         Mendongengdenganmenggambar.
Gambar 3. Mendongeng dengan menggambar
Dalam menggunakan metode ini, seorang pendidik dituntut untuk bisa menggambarkan cerita melalui kegiatan menggambar yang berkesinambungan. Pendidik harus bisa menggambar setiap tokoh dan latar belakang beserta karaktermelalui papan gambar yang sudah disiapkan sebelumnya.
d.        Mendongeng dengan alat peraga gambar
Gambar 4. Mendongeng dengan alat peraga gambar
Berbeda dengan mendongeng dengan menggambar, mendongeng dengan alat peraga gambar akan lebih memudahkan pendidik dalam menyampaikan dongeng. Alat peraga gambar bisa berupa gambar cetak maupun gambar buatan yang sudah disediakan sebelumnya. Dengan ketentuan:
1)        Menggambarkan aktivitas tokoh yang paling mewakili atau mendekati isi cerita
2)        Aktivitas tokoh terlihat jelas, menonjol, dan dapat dengan mudah ditangkap pengertiannya oleh anak
3)        Gambar jelas, berwarna dan sopan.
Mendongeng dengan alat peraga gambar bisa menggunakan buku cerita bergambar bahkan seorang pendidik menyiapkan sendiri gambar tersebut sebelum melaksanakan kegiatan mendongeng. Seorang pendidik bisa menempatkan gambar pada dinding atau papan khusus yang digunakan untuk menempatkan gambar sesuai dengan isi cerita yang ada dalam dongeng. Bisa juga memanfaatkan media elektronik melalui gambar slide show lewat proyektor. Dengan ketentuan gambar yang dibuat pun harus jelas dan bisa membangun imajinasi anak.
e.         Mendongeng dengan audio.
Gambar 5. Mendongeng dengan audio
Metode ini merupakan alternatif bagi pendidik yang menginginkan sesuatu yang baru dalam mendongeng.Mendongeng dengan audio adalah mendongeng dengan cara memperdengarkan cerita melalui cerita yang sudah dibungkus dengan CD atau rekorder. Dalam penggunaannya pendidik harus mempersiapkan tipe/ pemutar audio dan juga alat peraga. Karena metode ini membutuhkan ketenangan maka pendidik harus bisa mengkondisikan anak-anak agar bisa mendengarkan isi cerita dengan tertib. Pendidik juga bisa mengajak pendidik lain untuk bisa mengkondisikan anak-anak sedangkan dirinya memperagakan melalui alat peraga yang dibutuhkan. Yang perlu diketahui adalah mendongeng dengan audio berbeda dengan mendengarkan radio. Sebab, mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak, baik secara positif dan negatif. Sedangkan dengan audio akan lebih memberikan kesan positif di dalamnya. Tugas seorang guru dalam mendongeng dengan audio adalah memberikan interupsi dan interaksi kepada anak usia dini.
Setelah mengetahui tentang beberapa variasi dalam mendongeng, maka langkah kongkrit yang harus diperhatikan pendidik ketilka akan mendongeng secara garis besar adalah sebagai berikut:
a.         Menyiapkan media/ alat peraga baik gambar maupun boneka/ tipe rekorder
b.        Tempatkan alat peraga pada tempat yang mudah terlihat oleh anak
c.         Siapkan alat penunjuk, dan manfaatkan untuk memandu cerita
d.        Ciptakan suasana hening dan berdoalah ketika hendak memulai cerita
e.         Ketika cerita sedang berlangsung, jangan sampai salah menyebutkan nama-nama tokoh
f.         Sesekali adakan dialog dengan anak-anak
g.        Libatkan anak dalam penghayatan karakter tokoh dengan cara menirukan karakter bersama-sama mereka
h.        Tambahkan lagu-lagu jika perlu agar tercipta suasana riang gembira
i.          Pastikan anak tetap memperhatikan pendidik saat bercerita
j.          Apabila ada waktu dan dipandang perlu, mintalah kepada anak untuk menceritakan kembali apa yang sudah diceritakan dengan bahasa mereka sendiri-sendiri
k.        Sisipkan pesan sebelum mengakhiri cerita
l.          Terakhir adalah menutup dongeng dengan bacaan hamdalah.

3.         Penentuan timing, yaitu berapa lama, kapan dan dimana sebaiknya mendongeng dilakukan?
Jika pendidik sudah terbiasa mendongeng, pasti bisa memperkirakan berapa lama waktu untuk mendongeng, karena waktu tersebut tergantung bagaimana anak bisa menerima cerita itu. Sehingga pada bagian mana harus berhenti untuk jeda dan bahkan menghentikan dongeng yang sedang berlangsung tersebut akan mengetahuinya. Hal ini dikarenakan lama waktu mendongeng terkadang hanya bisa ditentukan dengan melihat atau memahami respon dari anak yang mendengarkan dongeng tersebut.
Waktu yang baik digunakan untuk mendongeng adalah minimal satu kali dan maksimal  dua kali dalam seminggu dan dilaksanakan pada hari yang sama. Dengan demikian, pendidik diharapkan bisa melakukan persiapan yang lebih maksimal terhadap cerita yang akan disampaikan kepada anak usia dini. Sedangkan bagi anak, ia akan selalu menanti hari yang akan di isi dengan kegiatan mendongeng.
Lalu di mana sebaiknya dongeng dilaksanakan? Bila seorang pendidik sudah menguasai teknik mendongeng dengan baik maka di manapun tempatnya tidak akan menjadi halangan. Hanya saja, seorang pendidik memang harus mencari suasana yang menyenangkan untuk membawa dongeng tersebut agar lebih diperhatikan oleh anak-anak.
Seorang guru bisa melaksanakan kegiatan mendongeng di dalam ruangan (indoor) meliputi ruang kelas dan aula sekolah,  luar ruangan (outdoor) meliputi halaman sekolah, atau tempat representatif lainnya seperti tempat ibadah dan gazebo.

4.         Bagaimana cara mendongeng agar efektif memberikan pesan moral dan disukai anak?
a.         Pertama, menguasai materi dongeng secara utuh. Dalam hal ini keseluruhan cerita dalam dongeng yang akan diceritakan harus sudah dipahami oleh pendongeng, baik dalam penokohan, situasai, karakter hingga pesan moral yang ada dalam dongeng tersebut. Sehingga pendidikakan mendapat gambaran pada bagian mana anak akan tersenyum, tertawa atau mengangguk tanda mengiyakan ungkapan atau pesan yang ada dalam dongeng tersebut. Dalam hal ini tentu beberapa jeda harus ada pada saat saat tertentu seperti ketika anak meresapi pesan moral, atau saat anak menyenangi cerita pada momen-momen tertentu, dan lain sebagainya.
b.        Kedua,memilih tema yang sesuai. Agar cerita atau dongeng yang disampaikan dapat dicerna dan diserap anak, sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang (1) kehidupan anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat; (2) binatang, seperti binatang ternak, binatang hidup di air, dan lain-lain, (3) tanaman, seperti aneka bunga, tanaman pertanian, dan lain-lain. Disini dongeng yang menarik/menghibur tersebut harus benar-benar dongeng yang memiliki pesan-pesan moral yang baik. Iniadalah sebagai antisipasi dari kemungkinan ada dongeng yang memiliki ketidaktepatan tema untuk perkembangan psikologis anak. Seperti contoh dongeng legenda yang memiliki romantika percintaan orang dewasa yang terlalu kompleks (contoh percintaan ibu dan anak dalam cerita sangkuriang).
c.         Ketiga, membuat alat peraga dan media mendongeng. Pada dasarnya setiap metode mengajar perlu menggunakan alat-alat pengajaran yang berfungsi membantu proses pengajaran agar tujuan dapat dicapai sebaik-baiknya. Alat peraga atau media berfungsi untuk meperagakan suatu isi cerita dalam dongeng agar terkesan lebih hidup. Selain itu, pilihan peraga, gambar/ media yang ada diusahakan bisa membuat anak semakin terpicu untuk berimajinasi.Bila dongeng yang diterangkan melalui gambar, maka gambar itu harus gambar yang indah, menarik dan penuh warna-warni. Bahkan seorang pendidik bisa memanfaatkan benda-benda yang ada disekeliling rumah atau lingkungan sekolah sebagai peraga seperti barang-barang bekas dan lain sebagainya.
d.        Keempat, memperisapkan konsentrasi sebelum memulai dongeng. Disini pendidik harus bisa melihat kesiapan anak untuk mendengarkan dongeng. Jadi, kondisi anak harus terlebih dahulu dipersiapkan senyaman mungkin sehingga dalam menyimak dongeng yang diberikan sudah dalam keadaan yang benar (konsentrasi dan fokus). Dengan demikian, semua isi dongeng baik itu hiburan dan pesan moral yang ada di dalamnya akan tersampaikan dengan baik.
e.         Kelima, memulai dengan awalan yang benar dan indah serta melakukan improvisasi secara kreatif dengan segenap penghayatan. Dalam hal ini awalan yang baik adalah awalan dengan kata yang membuat anak terhipnotis dan bersemangat untuk memasang imajinasi mereka, contoh kata yang bisa diberikanadalah : di pagi yang cerah, ketika sang surya mulai tenggelam, di saat malam gelap gulita, dsb. (semuanya dilakukan dengan retorika yang bisa mengantarkan anak untuk sesegera mungkin merimajinasi tentang sesuatu yang ada dalam dongeng tersebut). Pada saat mendongeng retorika kita pada setiap tokoh diusahakan sebisa mungkin mengikuti karakter tokoh tersebut. Sehingga anak akan semakin cepat untuk membentuk setiap karakter tokoh tersebut dalam imajinasinya.
f.         Keenam, mengakhiri dongeng dengan menyisipkan/mengulangi pesan pesan moral. Pada bagian ini menjadi poin penting dimana pada saat dongeng selesai diberikan, anak akan cepat menangkap dan mengingat pesan yang akan disampaikan. Sehingga, ketika pendidik  memberikan pesan yang baik sebagai penutup, anak akan menyadari bahwa dongeng telah selesai. Pada saat inilah anak akanmenyimpulkan (tanpa disadarinya) tentang seluruh isi cerita yang telah di dengarnya. Maka dari itu, jika pendidik membantunya dengan memberikan ulasan/mengulang poin poin penting tentang pesan moralnya maka anak akan lebih cepat pula merekamnya.

5.         Caramendapatkan dongeng?
Dongeng bisa didapatkan dengan berbagai cara, di antarnya:
a.         Cara yang pertama adalah cara klasik, yaitu dengan mencari sumber dongeng dari toko toko buku atau mencari inspirasi dongeng dari sumber cerita yang beragam, contoh dari cerita orang lain dan kisah-kisah rakyat yang ada di sekitar kita. Selain itu bisa juga dari kehidupan sehari hari yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah dongeng yang bisa dipahami dan disukai oleh anak.
b.        Cara yang kedua adalah cara modern. Disini kita bisa menggunakan media internet untuk hunting (berburu) dongeng dengan cara men-downloade-book dongeng, mencari dongeng dari berbagai fasilitas web, blog, note dll yang salah satunya tersedia juga bisa didapat di kompasiana.Cara mudah untuk mendapatkan dongeng di Internet adalah dengan menulis beberapa kata atau kalimat yang berhubungan dengan dongeng di tab kosong (browsing). Contoh kita bisa menuliskan “kumpulan dongeng anak nusantara”, “dongeng anak”, “cerita rakyat”, “kumpulan fable” dan lain lain.
c.         Cara yang berikutnya adalah dengan mengarang sendiri cerita dongeng tersebut. Selain menjadi sebuah tantangan, di sini pendidik dituntut untuk lebih kreatif, inovatif dan mampu berimajinasi dalam menyusun sebuah cerita. Tentunya cerita yang disusun adalah cerita yang sesuai untuk anak usia dini yang bisa membangun karakter dan budi pekerti serta kecerdasanintelektual maupun spiritual.

6.         Evaluasi
Dalam melaksanakan strategi mendongeng evaluasi sangatlah diperlukan. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategimendongeng dalam menumbuhkembangkan daya kreativitas pendidik. Setidaknya ada lima macam fungsi evaluasi bagi pendidik, yaitu:
Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya.
a.         Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
b.        Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menciptakan status peserta didik.
c.         Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukanjalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya
d.        Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.

Demikian strategi mendongeng yang perlu diperhatikan pendidik tiap kali mau menyampaikan cerita kepada anak didik.Selain hal tersebut di atas, seorang pendidik juga dituntut untuk terus belajar dan belajar guna menjadi pendongeng yang baik.Di antaranya adalah mencari sumber referensi, belajar pada ahlinya dan aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang mampu mengarahkan pendidik sebagai pendongeng kreatif dan sejati yang sesuai dengan tuntutan zaman.

B.       Hasil atau Dampak yang Dicapai
Upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategimendongeng diharapkan menghasilkan dampak positif bagi pendidik, peserta didik dan masyarakat pada umumnya. Adapun hasil atau dampak yang dicapai dalam melaksanakan strategi ini adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan kesadaran para pendidik terhadap kegiatan mendongeng sebagai pkegiatan belajar mengajar yang efektif dalam transferknowledge dan pesan moral yang ditujukan kepada anak usia dini.
2.      Menumbuhkan kecintaan anak didik terhadap dunia dongeng yang sebenarnya memiliki mutu dan kualitas yang berkarakter terhadap perkembangan anak usia dini.
3.      Menumbuhkan semangat bagi para pendidik untuk menemukan hal-hal yang baru dalam kegiatan belajar mengajar.
4.      Mengasah dan mempengaruhi daya pikir serta imajinasi para pendidik anak usia dini. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila pendidik hanya terpaku pada buku panduan dalam setiap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
5.      Memudahkan pendidik dalam transfer ilmu dan pesan moral kepada anak usia dini. Sebab cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai dengan tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
6.      Menumbuhkan minat baca pendidik anak usia dini. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, pendidik diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku-buku bacaan yang relevan. Diawali dengan buku-buku dongeng yang akan menjadi bahan untuk mendongeng, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya yang bisa menunjang kreativitas lainnya. Bukankah banyak manfaat dari membaca. Selain memperoleh hiburan, dengan membaca sesorang terbuka pandangan dan pemikirannya. Selain itu, membaca dapat mengubah bukan hanya sudut pandang atau mindset seseorang (pendidik-pen.), tapi juga bisa mengubah didup secara total.
7.      Meningkatnya kinerja pendidik anak usia dini baik pengelola, pendidik, dan semua komponen yang terlibat terhadap pendidikan anak usia dini. Dengan meningkatnya kinerja pendidik anak usia dini diharapkan mampu mencetak anak usia dini yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlakul karimah.
8.      Meningkatnya daya kreativitas pendidik anak usia dini baik dalam mendongeng maupun dalam kegiatan belajar mengajar yang lain. Karena daya kreativitas pendidik dalam mendongeng secara otomatis dapat mempengaruhi pola pikir seorang pendidik dalam mengajar agar lebih efektif dan efisien. Selain bisa  bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai pendidik, juga mampu memberi pengaruh dan manfaat terhadap anak usia dini, pendidik lainnya, lembaga, serta pemerintah dan bangsa pada umumnya.

C.      Kendala-Kendala yang Dihadapi
Meski telah berupaya semaksimal mungkin agar pelaksanaan strategi program bisa terealisasi dengan baik. Namun sudah menjadi hal yang umum bila dalam pelaksanaannya terdapat kendala-kendala yang terjadi dan di alami antara lain:
1.         Kesulitan mencari referensi yang sesuai. Sehingga membuat penulis harus memilah dan memilih sumber referensi yang tepat.
2.         Kesulitan dalam menentukan klimaks sebuah cerita agar lebih hidup.
3.         Keterbatasan alat peraga yang digunakan untuk mendongeng. Dalam mendongeng dibutuhkan alat peraga yang mampu mendukung jalan cerita. Namun karena banyak cerita yang berbeda membuat peraga yang dibutuhkan pun semakin banyak dan variasi.
4.         Persiapan yang kurang matang. Dalam managemen mendongeng dibutuhkan persiapan yang matang sebab membutuhkan berbagai macam media dan alat peraga yang mendukung guna menjadikan dongeng lebih hidup dan menarik.
5.         Merangkap tugas. Sebagai pendidik anak usia dini, penulis menjabat sebagai wali kelas dan guru sentra.Sehingga kadang persiapan yang dilakukan untuk berbenturan dengan persiapan untuk mengisi pembelajaran sentra.
6.         Tempat yang kurang representatif dan banyaknya jumlah siswa. Sebagai lembaga yang baru berjalan kurang lebih lima tahun. Tempat yang digunakan masih kurang representatif untuk dijadikan untuk mendongeng. Sebab banyak anak yang tertarik untuk mengikuti kegiatan mendongeng ketika sedang melakukan pembelajaran dengan pendidik yang lain.

D.      Faktor-Faktor Pendukung
Dalam melaksanakan strategi mendongeng guna meningkatkan kreativitas pendidik anak usia dini, terdapat beberapa faktor yang mendukung terealisasinya peningkatan kreativitas tersebut antara lain:
1.      Pengalaman Mengajar. Sebagai pendidik, penulis telah memiliki pengalaman dalam menangani anak usia dini. Sehingga memudahkan penulis untuk menyusun managemen mendongeng yang baik untuk anak usia dini.
2.      Dukungan dan motivasi dari sesama rekan pendidik yang membuat penulis semakin terbangun untuk mengembangkan managemen dongeng yang efektif untuk anak usia dini guna meningkatkan kreativitas penulis sebagai pendidik.
3.      Sebagaimana kepercayaan dalam memberikan pendidikan kepada anak usia dini, rasa percaya diri yang penulis miliki menjadikan penulis percaya bahwa suatu proses yang sudah penulis laksanakan dalam managemen mendongeng pasti tidaklah sia-sia bahkan akan membuahkan hasil yang bermanfaat.
4.      Fasilitas yang mendukung. Segala sesuatu yang berkaitan dengan strategi mendongeng membutuhkan fasilitas yang mendukung.

E.       Tindak Lanjut/Rencana Desiminasi
Upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dinimelalui strategi mendongeng anak usia dini akanmemberikan hasil yang optimal apabila dapatditindaklanjuti dengan beberapa hal sebagai berikut:
1.         Adanya upaya perbaikan dalam menjalankan strategi, meliputimengorganisasikan metode, cerita, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses mendongeng untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.         Adanya pemahaman dan kesadaran bahwa melaluikegiatan mendongengternyata bisa menjadikan pendidik lebih kreatif dalam  melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
3.         Konsep, prosedur, dan prinsip karya nyata ini akan bermanfaat bagi pendidik apabila dipahami dan dilaksanakan dalam praktik pembelajaran di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).




BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.      Simpulan
Setiap orang memiliki kreativitas yang kadarnya berbeda dan dapat dikembangkan atau dilatih oleh dirinya sendiri atau dengan bantuan orang lain, tetapi yang penting orang yang bersangkutan mau berusaha dan tidak menyerah pada keadaan. Sebagai seorang pendidik seharusnya bisa mengawali diri untuk memiliki sifat dan sikap kreatif, sebab kreativitas jarang (tidak akan) muncul pada anak usia dinijika pendidiknya tidak memiliki daya kreativitas yang bisa dibanggakan.
Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui dongeng anak usia dini dapat terwujud mana kala diatur dalam sebuah strategi. Melalui strategi mendongeng diharapkan mampu menjadikan pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar lebih kreatif. Dengan strategi mendongengdiharpakan mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini
Selain itu, melalui strategi yang ditempuh oleh pendidik dalam mendongeng juga dapat mempengaruhi pola pikir pendidik anak usia dini untuk lebih kreatif dalam melaksanakan segala aspek yang berkaitan dengan anak usia dini. Sehingga pendidik anak usia dini mampu bekerja secara maksimal dalam mentransfer ilmu kepada anak didiknya.

B.       Rekomendasi
Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng dapat dilakukan oleh semua pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini di manapun berada mulai dari perencanaan, pelaksanaan,sampai dengan evaluasi.
Apabila dalam melaksanakan program mengalami kesulitan dan kendala, maka perlu adanya evaluasi dan dukungan dari berbagi pihak, sehingga kendala-kendala tersebut bisa segera teratasi.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kepala UPTD, Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) Kecamatan Wonosobo yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk membuat karya nyata ini. Rasa terimakasih juga penulis sampaikan kepada rekan kerjadan semua pihak yang telah memberi doa, dukungan dan motivasi guna terselesaikannya karya nyata ini. Semoga karya nyata ini bermanfaat bagi pendidikan anak usia dini dan dunia pendidikanpada umumnya.


  
DAFTAR PUSTAKA

1.        Asti, Badiatul Muchlasin.2009. Fun Games For Kids 100 Jenis Permainan Rekreatif dan Edukatif untuk Anak. Jogjakarta: POWER BOOKS (Ihdina).

2.        Barnawi, & Novan Ardy Wiyani., Format PAUD, Konsep Karakteristik & Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: AR RUZZ MEDIA. 2012

3.        Hariwijaya, M. 2010. Panduan Mendidik dan Membentuk Watak Anak, Memahami Perilaku dan Cara Berpikir Anak Mas Kini. Luna Publisher, Yogyakarta.

4.        Hasan, Maimunah. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: DIVA Press.

5.        Mufarokah, Anisatul.2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit TERAS.

6.        Muisfiroh, Tadkirotun. 2005. Cerita untuk Perkembangan Anak. Yogyakarta: NAVILA.

7.        Putra, R. Masri Sareb.2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: PT Indeks.

8.        Sudijono, Anas.2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Depok: PT RAJA GRAFINDO PERSADA.

9.        Suryobroto, B.2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

10.    PanitiaFestival Mendongeng/Storytelling, Festival Mendongeng/Storytelling Nasional 2013 untuk guru/pustakawan TK/RA, PAUD, SD dan yang setara serta komunitas pecinta buku dan penulis cerita/dongeng anak.2013

11.    K. Tatik Wardayati , Mendongeng, Stimulasi untuk Anak Usia Dini, diambil dari http://intisari-online.com/read/mendongeng-stimulasi-untuk-anak-usia-dini, akses Rabu, 10 April 2013

12.    Trik and Tips dalam Mendongeng untuk Anak, diambil dari http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/04/12/trik-and-tips-dalam-mendongeng-untuk-anak-354853.html, akses Rabu, 10 April 2013.

Pemilihan Presiden 2024

 Saat ini sedang gencar pemilihan presiden 2024. Ketiga pasangan calon telah menyelesaikan debat terakhirnya. Siapa yang akan anda pilih?