Sunday, March 31, 2013

MAKALAHPERADABAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA MODERN (KONTEMPORER)


                                                                                                                                                      I.            PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan Islam yang ada di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan Islam di belahan bumi lain. Membaca Islam yang di Indonesia rasanya cukup penting. Sebab, dari hasil pembacaan itu kita sebagai umat Islam dapat mengetahui akan bagaimana perkembangan Islam di indonesia setelah Islam mengalami beberapa fase perubahan dari waktu ke waktu.
Kajian Islam di dunia kontemporer pada umumnya berkonsentrasi pada subjek materi tentang tipe-tipe gerakan modernisasi yang beragam atau disebut-sebut sebagai fundamentalisme, pada saat yang sama kaum muslimin terus menjalani hidup di dunia tradisi meskipun adanya beberapa serangan terhadap pandangan tradisional di era modern. Untuk memahami Islam dewasa ini, pada langkah pertama sebelum yang lainnya adalah penting untuk memiliki kesadaran akan sejarah agama-agama lain yang tidak mengikuti satu alur yang sama.
Pembahuruan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya.
Dengan kemunduran islam pada zaman modern inilah menggugah penulis untuk menyingkap bagaimana sebenarnya perkembangan islam di Indonesia pada masa modern.
  
B.       RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.         Bagaimanakah Gerakan Modernisasi Islam, Asal Usul, dan Perkembangannya?
2.         Bagaimanakah Kemerdekaan Umat Islam?
3.         Bagaimanakah Organisasi Politik dan Organisasi Sosial Islam dalam Suasana Indonesia Merdeka?
                                                                                                                                                       II.            PEMBAHASAN
PERADABAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA MODERN
(KONTEMPORER)

A.      GERAKAN MODERNISASI ISLAM, ASAL USUL DAN PERKEMBANGAN
Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern dalam Islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran progresif Kerajaan Utsmani yang merupakan pemangku khilafah Islam, setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan Islam di kalangan warga Arab di pinggiran imperium itu. Yang terpenting di antaranya adalah gerakan Wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis (Salafiah). Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan kea rah pembaruan Islam ke-20 yang lebih bersifat intelektual.[1]
Katalisator terkenal gerakan pembaruan in adalah Jamaluddin Al-Afgani (1897). Ia mengajarkan solidaritas Pan Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.[2]
Pembaharuan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya.[3] Gerakan modern disebut pula oleh Harun Nasution sebagai zaman kebangkitan islam.[4]
Kemunduran progresif kerajaan usmani yang merupakan pemangku khilafah islam, setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan islam dikalangan warga arab di pinggiran imperium itu. Yang terpenting di antaranya adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis( salafiyyah). Gerakan ini merupakan sasaran yang menyiapkan jembatan ke arah pembaharuan islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Gerakan  pembaharuan ini adalah Jamaludin Al-Afghani(1897). Ia mengajarkan solidaritas pan-islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan kembali kepada islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada kebangkitan islam di Indonesia.
Bermula dari pembaharuan pemikiran pemikiran dan pendidikan islam di Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam(SDI)di Bogor(1909)dan Solo(1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat(1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam(Persis)di Bandung(1920-an), Nahdatul Ulama(NU)di Surabaya(1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiah(Perti)di Candung, Bukittinggi(1930), dan Partai-partai Politik, seperti Sarekat Islam(SI)yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia(Permi)di Padang Panjang(1932)yang merupakan kelanjutan, dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia(PII)pada tahun 1938.
Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar, menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.

B.       PERJUANGAN KEMERDEKAAN UMAT ISLAM
Nasionalisme dalam pengertian politik, baru muncul setelah H. Samanhudi menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulai Mei 1912 kepada HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi serta memperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi politik pelapor nasionalisme Indonesia,SI pada dekade pertama adalah organisasi politik besar yang mengrekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu ideologi bangsa memang belum beragam, semua bertekad ingin mencapai kemerdekaan.[5]
Dengan demikian, terdapat tiga kekuatan politik yang mencerminkan tiga aliran ideologi “Islam”, komunisme dan nasionalis”sekuler”. Perpecahan antara ketiga golongan  tersebut, menurut Dealiar Noer, disebabkan oleh pendidikan yang mereka terima bersifat Barat. Pendidikan belanda memang diusahakan agar menimbulkan emansipasi dari agama di kalangan pelajar, sebab agamalah yang terutama menimbulkan pergolakan politik di kalangan rakyat Indonesia. Golongan sekular yang ditimbulkan oleh pendidikan itu kemudian terpecah menjadi dua, komunis dan nasionalis “sekular”.
  1. Masa kolonial Belanda
Pada dasarnya gerakan Islam bertujuan kepada tegaknya agama Islam di muka bumi agar kedamaian dan kesejahteraan bagi umat Islam terwujud. Banyak ideologi atau paham yamng melandasi gerakan ini. Ada yang bersifat fillah dan sabilillah. Fillah adalah gerakan Islam yang berangkat dengan dakwah yang didasari oleh ilmu. Sedangkan sabilillah adalah gerakan dengan sifat kearah peperangan. Semua gerakan ini bertujuan sama akan tetapi gerakan ini harus melihat kapan waktu yang tepat untuk menggunakan cara fillah dan fisabilillah.
Yang terpenting dalam sebuah gerakan Islam adalah gerakan yang di dalamnya semua Muslim bersatu hati dan pikirannya yang dilandasi dengan sikap wala wal bara. Karena sebuah gerakan Islam tanpa barisan yang kuat akan mudah dihancurkan dengan gerakan musuh Islam yang memiliki barisan yang rapi. Oleh karena itu mari perlu adanya menyatukan pola pikir yang islami dan langkah dakwah Islam yang sesuai dengan metode Rasulullah SAW.
Hadirnya Islam merupakan bukti autentik sebuah revolusi yang selama berabad-abad telah berperan sangat signifikan dalam panggung sejarah umat manusia. Tidak diragukan lagi, Islam telah menjadi penanda perubahan, bukan hanya dalam bidang teologi, tetapi juga di bidang sosial dan ekonomi. Sistem teologi Islam –dari sisi normatifnya – telah membentuk sikap mental muslim yang senantiasa concern terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan dan keadilan, dan inilah modal utama dalam membangun peradaban yang unggul dan utama.
Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al Qur’an dan hadist dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin pegang oleh lagi oleh orang-orang Belanda.Yang mendapat pendidikan pun tidak seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang pemimpin-­pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.
Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat organisasi formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.
Awal abad ke-20 ditandai lahirnya gerakan-gerakan Islam yang monumental. Gerakan Islam tersebut telah mengukir tinta emas baik untuk kebangkitan Islam maupun pergerakan perjuangan kemerdekaan di Indonesia, yang kemudian dikenal dengan organisasi kemasyarakatan Islam.
Organisasi kemasyarakatan Islam atau sering disebut Ormas Islam sungguh merupakan pilar penting dan strategis di negeri tercinta ini. Lebih-lebih bagi Ormas Islam tertua yang telah menyertai perjalanan sejarah bangsa ini. Sebutlah Sarekat Islam, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, dan lain-lain yang telah berdiri jauh sebelum Republik Indonesia lahir. Kiprah gerakan Islam tersebut kendati berbeda orientasi dan aktivitasnya sangatlah nyata. dan secara monumental telah menorehkan tinta emas dalam perjalanan umat dan bangsa tercinta ini.
Seperti apa sejarah kelahiran gerakan Islam pada masa penjajahan Belanda dan eksistensinya hingga saat ini ? Artikel selanjutnya mengupas tentang sejarah kelahiran gerakan-gerakan Islam diantaranya Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis dan NU.

  1. Masa pendudukan Jepang
Kemunduran progersif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya kembali setelah Jepang dating menggantikan posisi Belanda. Jepang berusaha mengakomodasi dua kekuatan, Islam dan nasionalis “sekuler”, ketimbang pimpinan tardisional (maksudnya raja dan bangsawan lama). Jepang berpendapat, organisasi-organisasi Islamlah yang sebenarnya mempunya massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan agama, penduduk Indonesia ini dapat dimobilisasi. Oleh karena itu kalau organisasi-organisasi non-keagamaan dibubarkan, organisasi-organisasi besar Islam seperti Muhammadiyah, NU, dan kemudian Persyariktan Ulama (Majalengka), juga Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang kemudian di lanjutkan dengan Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi) diperkenankan kembali meneruskan kegiatannya. Permohonan Masyumi juga diterima pemerintah pendudukan Jepang untuk mendirikan barisan Hizbullah, se buah wadah kemiliteran bagi para santri. Bahkan, Tentara Pembela Tanah Air (PETA) juga didominasi oleh golongan santri.
Bagi golongan nasionalis dibentuk lembaga-lembaga baru, seperti Gerakan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) yang hanya berumur beberapa bulan sejak Mei 1942 dan Poesat Tenaga Rakjat (Poetra) yang didirikan bulan Maret 1943. Usaha pembangunan Poetra baru dimulai pada bulan April 1943. sebagai pemimpin tertingginya adalah Soekarno yang di Bantu oleh Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H Mas Mansur. Mereka dikenal sebagai empat serangkai pemimpin bangsa. Dari empat serangkai itu, tercermin bahwa tokoh nasionalis secular lebih dominant dalam gerakan kebangsaan daripada golongan Islam.
Jepang kemudian menjajikan kemerdekaan Indonesia dengan mengeluarkan maklumat Gunseikan no.23/29 April 1 945, tentang pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Berbeda dengan situasi sebelumnya, yang kalangan islam mendapat pelayanan lebih besar dari Jepang, keanggotaan BPUPKI didominasi oleh golongan nasionalis “secular”, yang ketika itu lazim disebut golongan kebangsaan. Di dalam badan inilah, Soekarno mencetuskan ide Pancasilanya. Meskipun, di dalam rumusan Pancasila itu terdapat prinsip ketuhanan, tetapi Negara pasa dasarnya dipisahkan dari agama.[6]

C.      ORGANISASI POLITIK DAN ORGANISASI SOSIAL ISLAM DALAM SUASANA INDONESIA MERDEKA
1.         Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Pada waktu proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, piagam jakarta sama sekali tidak digunakan. Soekarno Hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena ditulis secara tergesa-gesa. Perlu diketahui, menjelang kemerdekaan, setelah jepang tidak dapat menghindari kekalahan dari tentara sekutu, BUPKI ditingkatkan menjadi panitia persiapan kemerdekaan Indonesia(PPKI). Berbada dengan BUPKI yang khusus untuk pulau jawa. PPKI merupakan perwakilan daerah seluruh kepulauan Indonesia. Perubahanan itu menyebabkan banyak anggota BUPKI yang tidak muncul lagi, termasuk beberapa orang anggota panitia sembilan. Persentase Nasional Islam pun merosot tajam.
Oleh golongan nasionalis”sekuler”, keputusan itu dianggap sebagai gentleman’s agrement kedua yang menghapuskan piagam Jakarta sebagai gentleman’s agrement pertama. Sementara itu keputusan yang sama dipanang oleh golongan nasionalis sebagai menghianati gentleman’s agremant itu sendiri. Para nasionalisme Islam mengetahui bahwa, Indonesia merdeka yang mereka perjuangkan dengan penuh pengorbanan itu, jangankan berdasarkan Islam, piagam Jakarta pun tidak. Oleh sebab itu, bisa dibayangkan bagaimana kecewanya para nasionalis Islam.
Yang sedikit agak melegakan hati umat Islam keputusan Komite Nasional Indinesia Pusat (KNIP), pengganti PPKI, yang bersidang tanggal 25, 26, dan 27 November 1945. Komite yang dipimpin oleh Sutan Syahrir, pimpinan utama Partai Sosialis Indonesia (PSI)itu antara lain , membahas usul agar dalam Indonesia merdeka ini agar soal-soal keagamaan digarap oleh satu kementerian tersendiri dan tidak lagi diperlakukan sebagai bagian tanggung jawab Kementerian Pendidikan. Sedikit banyak, keputusan tentang Kementerian Agama ini merupakan semacam konsesi kepada kaum Muslimin yang bersifat kompromi, kompromi antara teori sekuler dan teori Muslim.
Pada tanggal 7 November 1945, Majelis Syura Muslimin Indonesia(Masyumi)lahir sebagai wadah aspirasi umat islam, 17 Desember 1945 Partai Sosialis yang mengkristalisasikan falsafah hidup Marxis berdiri, dan 29 Januari 1946, Partai Nasional Indonesia(PNI)yang mewadahi cara hidup nasionalis”sekuler”pun muncul. Partai-partai yang berdiri sesudah itu dapat dikategorikan menjadi tiga aliran utama ideologi yang terdapat di Indonesia di atas. Partai-partai Islam setelah mereka selain Masyumi adalah Partai Sarekat Islam Indonesia(PSII)yang keluar dari Masyumi pada tahun 1947, Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti), dan Nahdatul Ulama(NU)yang keluar dari Masyumi tahun 1952.
Usaha partai-partai islam untuk menegakkan Islam sebagai ideologi negara di dalam konstituante mengalami jalan buntu. Demikian juga dengan pancasila, yang oleh umat islam waktu itu, dipandang sebagai milik kaum  “anti Muslim”, setidak-tidaknya di dalam konstituante memang, kesempatan untuk menyelesaikan konstituante masih terluang, namun pekerjaannya diakhiri dengan Dekrit Presiden 1959,konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali. Dalam konsideran Dekrit itu disebutkan bahwa piagam Jakarta menjiwai dan merupakan  suatu rangkaian kesatuan dengan UUD 1945. Jelas, Dekrit sebenarnya ingin mengambil jalan tenggah. Tapi, tapi Dekrit itu sendiri yang menandai bermulanya suatu era baru, Demokrasi terpimpin, yang membawa kehidupan Demokratis terancam dan berada dalam krisis. Masyumi yang sangat ketat berpegang pada konstitusi, pada bulan Agustus 1960 diperintahkan Presiden Sukarno bubar.
2.         Masa Demokrasi Terpimpin
Dengan bubarnya Masyumi, partai islam tinggal NU,PSII, dan Perti. Partai-partai ini, sebagaimana juga Partai-partai lain, mulai menyusuiakan diri dengan keinginan Soekarno yang tampaknya mendapat dukungan dari dua pihak yang bermusuhan, ABRI Dan PKI.
Walaupun partai - partai islam itu melakukan penyesuiaan-penyesuaian terhadap kebijaksanaan Soekarno, tetapi secara keseluruhan, peranan partai-partai Islam mengalami kemerosotan. Tak ada jabatan Menteri berposisi penting yang diserahkan kepada Islam, sebagaimana yang terjadi pada masa Demokrasi Parlementer.
Di masa Demokrasi terpimpin ini, Soekarno kembali menyuarakan ide lamanya Nasakom, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis ”Sekular”, Islam, dan Komunis. Akan tetapi, idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri. Masa Demokrasi terpimpin itu berakhir dengan gagalnya gerakan 30 September PKI tahun 1965, Umat Islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerjasama menumpas gerakan itu.
3.         Masa Orde Baru
Setelah Orde lama hancur, kepemimpinnan berada di tangan Orde Baru. Tumbangnya Orde Lama  yang Umat Islam ikut berperang besar di dalam menumbangkannya- memberikan harapan baru kepada Kaum Muslimin. Namun, kekecewaan barupun muncul di masa Orde Baru ini. Umat Islam merasa, meskipun musuh bebuyutannya, komunis, telah tumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang di harapkan. Rehabilitasi Masyumi, Partai Islam berpenggaruh yang dibubarkan Soekarno, tidak diperkenankan. Bahkan,tokoh-tokohnya juga tidak diizinkan aktif dalam partai Muslimin Indonesia yang didirikan kemudian.
4.         Kebangkitan Baru Islam Di Masa Orde Baru
Meskipun umat Islam merupakan 87 persen pendududk Indonesia, ide negara Islam secara terus-menerus dan konsisten di tolak. Bahkan, partai-partai Islam, kecuali di awal pergerakan nasional, mulai dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan, selalu mengalami kekalahan. Malah dengan pembaharuan politik bangsa sekarang ini, partai-partai(berideologi) Islam pun lenyap.
Untuk merumuskan situasi baru itu sekaligus memasyarakatkan kebijakan tersebut, beberapa kalangan yang sejak semula tidak melihat kemungkinan lain, menyelenggarakan forum-forum yang berkenaan dengan aspirasi politik Islam. Balitbang Agama Depertemen Agama, untuk tujuan yang sama, menyelennggarakan seminar dengan tema “Peranan Agama dalam Pemantapan ideologi Negara Pancasila. Kesimpulan dari kegiatan-kegiatan itu tampaknya menyatakan bahwa aspirasi keagamaan dalam kehidupan politik di Indonesia tetap akan tersalurkan. Bahkan dengan kebijaksanaan yang dimaksudkan sebagai upaya modernisasi Politik bangsa itu, Umat Islam, diuntungkan karna dapat melepaskan diri dari ikatan primodialisme, pindah dari dunianya yang sempit kedunia yang lebih luas. Banyak pemikiran Islam yang beranggapan, dengan ditariknya Islam dari level politik, perjuangan kultural dalam pengertian luas menjadi sangat relevan, bahkan mungkin dianggap justru lebih efektif.
Dalam pada itu, dekade 1970-an, kegiatan Islam semakin berkembang bila dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Terlihat, ada tanda-tanda kebangkitan Islam kembali dalam masa Orde Baru ini. Fenomena yang sangat bisa dilihat adalah munculnya bangunan-bangunan baru Islam; masjid-masjid, mushola-mushola, madrasah-madrasah, juga pesantren-pesantren.
Disamping itu, sejak dekade 1970-an, banyak bermunculan apa yang disebut intelektual muda Muslim yang meskipun sering kontroversial, melontarkan ide-ide segar untuk masa depan umat. Kebanyakan mereka adalah intelektual muslim berpendidikan “umun”. Yang terakhir ini sangat mungkin adalah buah dari kegiatan-kegiatan organisasi-organisasi mahasiswa Islam seperti himpunan mahasiswa Islam (HMI, berdiri tahun 1947) yang cukup dominan di perguruan tinggi umum, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII, organisasi mahasiswa pada mulanya underbow NU), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah(IMM).
Namun, tidak boleh dilupakan Departemen Agama yang dibentuk sebagai konsesi bagi Umat Islam juga banyak berjasa dalam membentuk dan mendorong kebangkitan islam tersebut. Empat belas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) induk dengan sekian banyak cabangnya sangat berjasa menyiapkan guru-guru agama, pendakwah dan mubaligh dalam kuantitas besar. Bahkan, depertemen agama secara terus menerus mengembangkan dan meningkatkan mutu IAIN tersebut. Belum lagi, peranan depertemen ini dalam membina madrasah dan pesantren-pesantren yang ada diseluruh wilayah Nusantara ini.
Di samping itu, organisasi-organisasi Islam terutama Muhammadiyah dan NU, dua organisasi terbesar di tanah air, terus diperhatikan oleh setiap kekuatan politik,[7]pada periode 1980-an terdapat phenomena meningkatnya penerbitan buku-buku agama, ceramah, seminar ilmiah serta aktifitas keagamaan dikampus perguruan tinggi, juga padatnya jamaah mesjid, semaraknya pengajian dikantor pemerintah maupun swasta hingga meriahnya Fashion show dan berbagai peragaan busana muslim dihotel-hotel berbintang.[8]
Pengalaman di masa lampau jelas mengambarkan bahwa suatu pemikiran akan berkembang secara fleksibel apabila dia berakar dan mampu menjawab persoalan-persoalan nyata yang dihadapi masyarakat. Apa yang kita saksikan sekarang ini merupakan perkembangan wajar dari langkah-langkah yang sudah ditempuh di masa lalu.[9]
Islam pada hari ini merupakan realitas yang hidup menghadapi tantangan-tantangan dan problematika yang kompleks, namun tetap lebih memijakkan kakinya di atas akar tradisi Islam, dan kebenaran-kebenarannya telah memandu takdirnya sejak turunnya wahyu Alquran lebih dari 14 abad yang lalu. Pada jantung wahyu inilah berpijaknya doktrin keesaan Allah dan keniscayaan bagi umat manusia untuk mengikrarkan ajaran tauhid di dunia ini dalam kehidupan sehari-hari.[10]
Dalam islam modernisasi berarti upaya yang sungguh-sungguh untuk melakukan re interpetasi terhadap pemahaman, pemikiran dan pendapat tentang keislaman yang dilakukan oleh pemikiran terdahulu untuk disesuikan dengan perkembangan zaman dengan demikian yang diperbaharu adalah hasil pemikiran atau pendapat bukan mempebaharui atau mengubahapa yang terdapat dalam al-quran maupun hadis, yang diperbaharui adalah hasil pemahaman terhadap al-quran dan hadis.[11]

                                                                                                                                                              III.            PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Perkembang Islam pada masa modern ini mempunyai banyak problema-problema dalam Negeri. Terutama masalah politik. Islam dewasa ini perkembangannya dipenggaruhi oleh kekuatan politik yang ada, seperti Partai-partai dan organisasi Islam ( Muhammadiyah dan NU).
Di samping itu, organisasi-organisasi Islam terutama Muhammadiyah dan NU, dua organisasi terbesar di tanah air, terus diperhatikan oleh setiapa kekuatan Di samping itu, organisasi-organisasi Islam terutama Muhammadiyah dan NU, dua organisasi terbesar di tanah air, terus diperhatikan oleh setiap kekuatan politik. Kebangkitan islam dewasa ini, bagaimanapun akan mempunyai dampak politik juga. umat islam dengan segala keberaniannya telah melepaskan suatu wadah politik. Dengan lapang dada, mereka menerima Pancasila dan berharap dpat mengisinya dengan nilai-nilai agama.
Mereka ingin agar pihak-pihak lain yang selama ini memandang curiga terhadap “Islam” dapat mempercayai ulama-ulama dan tokoh-tokoh islam lainnya.

B.       PENUTUP
Alhamdulillah, akhirnya makalah ini bisa diselesaikan atas usaha dan doa yang penulis panjatkan selama ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat buat penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sanantiasa penulis harapkan guna perbaikan penulisan makalah berikutnya. Amin
DAFTAR PUSTAKA

Ø  Faqih, Aunur Rahim. 1998. Pemikiran DanPeradaban Islam. Yogyakarta: UII Press
Ø  Mansur. 2004. Peradaban Islam DalamLintasan Sejarah. Yogyakarta: Global Pustaka Utama
Ø  Nata, Abuddin. 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Idonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ø  Supriyadai, Dedi. 2008. Sejarah PeradabanIslam. Bandung: CV Pustaka Setia
Ø  Yatim, Badri. 2010. Sejarah PeradabanIslam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ø  Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Ø  R. Hrair Dekmejian, Islam in Revolution, Syracuse, New York: Syracuse University Press, 1985



[1]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 1-25.
[2]R. Hrair Dekmejian, Islam in Revolution, (Syracuse, New York: Syracuse University Press, 1985). H. 18.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban, (Jakarta:PT RajaGrafindo Pesada,2010), hlm.
[4] Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2008), hlm. 45
[5]Loc cit. hlm. 259
[6]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 263-265.
[7] Badri Yatim, loc cit.275
[8]Mansur, Peradaban islam dalam lintasan sejarah.(Yokyakarta:Global Pustaka Utama,2004),hlm.135
[9]Badri Yatim, Loc cit. hlm 275
[10] Aunur Rahim Faqih,Pemikiran islam peradaban islam. (Yogyakarta:UII,1998), hlm.214
[11] Abdul Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2001),hlm.155

Pemilihan Presiden 2024

 Saat ini sedang gencar pemilihan presiden 2024. Ketiga pasangan calon telah menyelesaikan debat terakhirnya. Siapa yang akan anda pilih?